Jumat, 10 Mei 2013

EFISIENSI PENGELOLAAN KEBUN SAWIT DENGAN MEKANISASI

Mengelola perkebunan kelapa sawit harus dilakukan dengan praktik budidaya terbaik. Supaya hasil terbaik didapatkan, diperlukan pemahaman menyeluruh mengenai aspek yang akan dikerjakan. Pengerjaan dilakukan berdasarkan urutan proses yang dilakukan, dengan waktu kerja minimal dan biaya paling efisien.

Mekanisasi menjadi cara paling muktahir untuk mengelola perkebunan kelapa sawit supaya efektif dan efisien. Pasalnya, keberadaan perkebunan kelapa sawit masih terbilang minim teknologi. Pengelolaannya, relatif masih terbilang ala kadarnya, dimana proses kerja manual sebagian besar masih dilakukan.

Beberapa pekerjaan di perkebunan kelapa sawit seperti pemupukan, pemanenan dan penggalian untuk irigasi dan land aplication, sering kali masih dilakukan secara manual. Padahal, proses pengerjaan manual cenderung membutuhkan waktu lebih panjang dan kualitas hasil yang terkadang kurang memuaskan.

Kelebihan beban yang didapat dari pengerjaan manual, antara lain; membutuhkan biaya besar, kesukaran pengawasan, produktivitas hasil kerja yang rendah, minimnya tenaga kerja ketika panen raya dan sebagainya.

Keberadaan pupuk dalam proses pemupukan, keberadaan Tandan Buah Segar (TBS) pada proses pemanenan dan waktu serta biaya proses pengerjaan, seringkali menjadi persoalan pengerjaan secara manual. Pasalnya, pekerjaan yang dilakukan manual, seringkali menimbulkan dampak yang berakibat tidak maksimalnya hasil pekerjaan.

Pekerjaan manual bisa dipantau dengan melakukan tes pengerjaan secara mekanisasi. Berawal dari survey dan analisa yang wajib dilakukan, bertujuan mengetahui kondisi lapangan tempat bekerja. Lantas, keberadaan lokasi tanah, topography, infrastruktur, cuaca, keberadaan data keuangan seperti biaya dan harga yang dikeluarkan, fasilitas penunjang, dan berbagai aspek sosial, juga perlu dicermati. Biasanya, mekanisasi paling direkomendasikan kepada perkebunan kelapa sawit yang memiliki lahan datar, sehingga dapat memudahkan perpindahan alat.

Apabila survey sudah dilakukan, maka persiapan mesin dan perlengkapan, infrastruktur penunjang yang dibutuhkan dan metode pengerjaan juga harus dipersiapkan. Lantaran, persiapan harus berdasarkan kesesuaian dengan hasil survey yang telah didapat. Aplikasi dari hasil survey dan persiapan yang akan dilakukan, perlu dilakukan pelatihan tenaga kerja terlebih dahulu, sebelum dilakukan uji coba pengerjaan.
Usai melakukan uji coba, maka diperlukan evaluasi hasil kerja secara seksama. Evaluasi sangat diperlukan guna melihat sejauh mana hasil yang akan didapat saat pengerjaan, dibandingkan perencanaan yang sudah dipersiapkan. Apabila masih ada kekurangan, maka diperlukan perbaikan metode kerja dan dilakukan uji coba kembali. Tolok ukur keberhasilan uji coba di lapangan, jika mendapatkan hasil pekerjaan yang maksimal. Apabila secara kuantitatif dan kualitatif memenuhi target yang diinginkan, maka bersama manajemen harus segera menetapkan Standar Operation Procedure (SOP), supaya dapat dilakukan secara berkesinambungan dengan kemampuan pekerja yang terlatih.

Selanjutnya akan dibahas mengenai mekanisasi seputar pemupukan, pemanenan dan penggalian untuk irigasi dan land aplication, serta pemeliharaannya.


Program intensifikasi meliputi mekanisasi, composting, tata kelola air, pengelolaan tanah dan penyerbukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tandan buah segar. Sebelum dilaksanakan pemupukan dilakukan analisis disetiap area untuk menentukan dosis, waktu dan lokasi pemupukan yang paling sesuai. Aplikasi pupuk harus dilakukan dengan tepat dan benar, sebab jika tidak merupakan pemborosan. Pupuk merupakan komponen utama dalam biaya operasional perkebunan.

Mekanisasi pemupukan dilaksanakan di beberapa area untuk meningkatkan efisiensi. Mekanisasi membuat pemupukan lebih cepat dan efektif sehingga manfat pupuk pada tanaman lebih meningkat. Selain menggunakan pupuk kimia, penggunaan pupuk organik juga diperluas. Pupuk organik berasal dari composting tandan kosong dan limbah cair pabrik kelapa sawit.


Perbaikan tata kelola air dilaksanakan dengan mengembangkan daerah resapan air dan menyiapkan drainase untuk mengurangi terjadinya banjir selama musim hujan dan menjaga ketersediaan air selama musim hujan. Pengelolaan tanah bertujuan untuk meningkatkan struktur dan tingkat kesuburan tanah. Perbaikan dalam sistem penyerbukan bertujuan meningkatkan kualitas proses pembentukan buah sehingga menghasilkan lebih banyak tandan buah segar (TBS). Penelitian dua aspek ini seperti penggunaan serangga penyerbuk Elaidobius Kamerunicus.

Dalam jangka panjang investasi dalam penelitian dan pengembangan akan diperbanyak supaya mampu menghasilkan bibit sendiri yang berkualitas dan menyediakan solusi teknis atas masalah perkebunan seperti pengendalian hama terpadu dan lan sebagainya.
sumber:

bumn.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar