Kamis, 28 Februari 2013

Teknis Budidaya Tanaman Kacang Tanah


I. PENDAHULUAN

Kacang tanah (Arachis hypogeae L.) merupakan tanaman pangan yang mendapat prioritas kedua untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya setelah padi. Hal ini didorong dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan, bahan baku industri dan pakan ternak. Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya. 

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih
Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan 
Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.

3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.

Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :
alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.

Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman 

Benih dengan POC NASA 
Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.

3.3.4. Cara Penanaman
Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK
Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.6. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Uret 
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
3.6. Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman. 

Selasa, 26 Februari 2013

Teknis Budidaya Tanaman Kacang Panjang


I. Persiapan Lahan 
Sebelum ditanami lahan dilakukan pembajakan dan digaru, untuk memperoleh struktur tanah yang gembur dan remah. Kemudian dibuat bedengan dengan ukuran 1-1,2 m atau dibentuk guludan dengan jarak antar guludan 1 m.

II. Penanaman 

Kebutuhan benih kacang panjang 21 - 23 kg/ha, khusus untuk varietas KP-01 10,5 kg/ha karena jarak tanam KP-01 lebih besar dan berat bijinya lebih ringan. Sebelum penanaman dilakukan terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan cara ditugal dengan jarak dalam barisan 25 cm dan antar barisan 1 m. Perlubang tanam diisi 2 biji, hal ini dimaksudkan dalam satu lanjaran maksimal 4 tanaman. Setelah itu biji ditanam, ditutup dengan tanah/pupuk kandang yang sudah lembut/remah atau bisa juga dengan abu. 

III. Pemeliharaan Tanaman 

3.1. Pemupukan 

Pemupukan pertama ( I ) dilakukan umur ± 12 hari dengan dosis ZA = 50 kg/ha, SP-36 = 100 kg/ha, KCL = 50 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal, jaraknya 5 cm dari lubang tanam. Kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan kedua ( II ) dilakukan umur ± 28 hari dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam. Pemupukan ketiga ( III ) dilakukan umur ± 40 hari juga dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam. 

3.2. Pemasangan Lanjaran 

Pemasangan lanjaran dilakukan 10-15 hari setelah tanam ( hst ), kira-kira tinggi tanaman 15-25 cm. Pemasangan lanjaran diantara 2 lubang tanam sehingga jarak antar lanjaran 50 cm. Setiap 5 lanjaran perlu ditambah lanjaran/diperkuat, dengan cara dipasang silang. 

3.3. Pemasangan Tali 

Pemasangan tali dilakukan setelah pemasangan lanjaran selesai. Tali berguna membantu mengarahkan/merambatkan tanaman. Pemasangan tali ada dua tahap. Tahap I pada ketinggian ± 70 cm dari lanjaran. Tahap II pada ketinggian ± 150 cm dari lanjaran 

3.4. Merambatkan 

style="text-align: justify;"> Membantu merambatkan bertujuan untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman baik pucuk tanamn maupun cabang-cabang tanaman. Diharapkan tanaman merambat pada lanjaran dan tali yang telah dipasang, sehingga buah/polong tidak tergeletak di tanah. 

3.5. Penyiangan 

Penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pemupukan, atau dilakukan sewaktu-waktu saat gulma sudah mengganggu pertumbuhan tanaman. 

3.6. Pengairan 

Pengairan diberikan sesuai kebutuhan, yang terpenting dijaga agar tanaman tidak kelebihan atau kekurangan air. Pengairan sebaiknya dilakukan setelah pemupukan dilakukan. Sedangkan pada musim hujan, pengairan cukup dari air hujan. 

3.7. Cek Offtype (Tipe Simpang) 

Dilakukan setelah tanaman keluar polong. Dari polong bisa dibedakan dari warna dan panjang polong. Bila polong sudah tua, polong dapat dipecah untuk melihat ada tidaknya CVL dari warna polong. 

IV. Hama dan Penyakit 

4.1. Hama dan Pengendaliannya 

Hama-hama tanaman kacang panjang adalah : 

4.1.1. Thrips 

Thrips menyerang bagian pucuk tanaman sehingga tanaman menjadi keriting dan kering, sering juga menyerang tunas atau pucuk, sejak tanaman masih kecil hingga besar. Ciri tanaman dewasa dapat berakibat kerontokan pada bunga dan serangan terjadi pada musim kemarau. Pengendalian thrips dengan menggunakan pestisida Winder, Promectin, Agrimec, Confidor dll dengan dosis sesuai anjuran. 

4.1.2. Tungau (Mites) 

Tanaman yang terserang tungau akan tampak dari daun-daun yang menggulung ke bawah, dan warnanya hijau kehitaman. Dalam kondisi parah, tanaman dapat mengalami kerontokan daun. Pengendalian dengan menggunakan Samite, Omite, Mitac dengan dosis sesuai anjuran. 

4.1.3. Aphids sp. 

Serangan Aphids sp. hampir sama dengan serangan thrips, hanya, bedanya jika pada serangan Aphids, daun menjadi hitam karena tumbuh jamur jelaga yang tumbuh pada kotoran Aphids. Apids dapat dikendalikan dengan Winder, Supracide dll, dengan dosis sesuai anjuran. 

4.1.4. Ulat Polong. 

Hama ulat bunga menyebabkan kerontokan pada bunga. sedangkan ulat polong menyebabkan kerusakan pada bagian polong. Kerusakan ini menimbulkan pembusukan bagian tersebut akibat aktifitas mikoorganisme yang berasal dari kotoran ulat tersebut. Hama-hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan Winder dengan dosis sesuai dengan rekomendasi. 

4.2. Penyakit dan Pengendaliannya 

4.2.1 .Penyakit layu 

Penyakit ini bias disebabkan oleh jamur Pytium maupun oleh bakteri Pseudomonas sp. Penyakit ini dapat dicegah dengan kocor dengan Kocide 77, maupun dengan semprot. Sedangkan pengendalian bakteri dengan kocor Bactomycin atau Agrimycin dengan dosis sesuai anjuran. 


V. Panen dan Pasca Panen 

Panen dilakukan setelah polong berwarna coklat dan umur tanaman sekitar 60-70 hari. Panen dilakukan dengan memetik polong yang sudah tua dan biji sudah mulai megeras. Kemudian dijemur diatas terpal atau dibuatkan para-para ditempat yang panas. Setelah kering dipipil dengan alat perontok, biji juga dengan cara manual yaitu dupukul/digebug. Biji hasil pipilan dikeringkan lagi dan disortir, untuk memisahkan biji yang baik dengan biji yang jelek (berlubang, kepeng, kecil). 

''paper'' indikator asam basa


INDIKATOR ASAM BASA
Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan larutan, asamatau basa, atau netral. Alearts dan Santika (1984) melampirkan beberapaindikator dan perubahannya pada trayek PH tertentu, kegunaan indikatorini adalah untuk mengetahui berapa kira-kira PH suatu larutan.
Asam dan basa sudah dikenal sejak jaman dahulu. Hal ini dapat dilihat dari nama mereka. Istilah asam berasal dari bahasa latin, acetum yang berarti cuka. Unsur pokok cuka adalah asam asetat CH3COOH. Istilah alkali diambil dari bahasa arab untuk abu. Diketahui bahwa hasil reaksi antara asam dan basa (netralisasi) adalah garam (Petrucci, R. H. dan Suminar, 1987).
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion hidrogen (H+), sedangkan basa adalah zat yang dalam air dapat melepaskan hidroksida (OH-). Menurut teori Bronsted-Lowry, asam adalah donor proton (H+), sedangkan basa adalah akseptor proton. Menurut Lewis, asam adalah penerima/akseptor pasangan elektron, sedangkan basa adalah pemberi/donor pasangan elektron.
Sifat asam dan basa larutan tidak hanya terdapat dalam larutan air, tetapi juga dalam larutan lain seperti amoniak, eter, dan benzena. Akibatnya cukup sulit mengetahui sifat asam dan basa larutan yang sesungguhnya.

Sejak dahulu orang sudah mencoba untuk mengidentifikasi sifat larutan ini dengan berbagai cara dari yang sangat sederhana, hingga menggunakan alat khusus. Cara yang baik adalah menguji larutan tersebut dengan suatu indikator  (Syukri, 1999:387). Menurut Oxtobi, D. W. dkk (1998)
indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah yang mempunyai warna berbeda dari basa konyugasinya. Lakmus berubah dari merah menjadi biru bila bentuk asamnya diubah menjadi basa.indikator yang baik mempunyai intensitas warna sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi molekul indikator yang sangat rendah hampir tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan.
Disamping itu juga digunakan untuk mengetahui titik akhir kosentrasi pada beberapaanalisa kuantitatif senyawa organik dan senyawa anorganik.(Nonimus 2008)2.2Berbagai teori telah dikemukakan dalam menerangkan sifat asam danbasa, diantaranya Arrhenius.Arrhenius adalah suatu teori yang mendefinisikan asam sebagaisuatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan membebaskan ionhidrogen (Hx) sedangkan basa adalah senyawa yang apabila dilarutkandalam air akan melepaskan ion hidroksida (OH-).
Jadi reaksi netralisasiyang merupakan reaksi antara asam dan basa membentuk garam dan air,secara sederhana dapat ditulis :H++ OH- H2O
Tetapi kelemahan teori Arrhenius adalah hanya terbatas pada larutandengan pelarut air, walaupun asam dan basa sebenarnya juga pada larutandengan pelarut baku air :Contoh :Misalkan reaksi yang berlangsung pada larutan dengan amonia cairsebagai pelarut :
NH4CL + NaNH2NaCL + NH3
Reaksi ionnya : NH4+ NH22NH3
Pada tahun 1922 – 1923 J.N Bronsted dan M Lawry mengusulkansebuah teori baru yang lebih umum dari teori Arrhenius. Bronsted damLawry mendefinisikan asam sebagai senyawa yang dapat memberikanproton pada spesies lain.Secara umum dapat ditulis sebagai :
AH++ B
Asam proton basapada tahun 1923 G. N Lewis menganjurkan konsep basa terhadap asamdan basa. Lewis mendefinisikan suatu asam sebagai senyawa yang dapatmenerima sepasang elektron sedangkan basa adalah suatu senyawa yangdapat memberikan sepasang elektron.(Jony Bird. 1987)2.3Menurut definisi klasik yang dirumuskan oleh Arrhenius asam (acid)adalah zat yang dapat menghasilkan H+ dalam larutan HCLO4dan HNO3 yang terionisasi seluruhnya didalam air masing-masing menjadi H+ danCLO4-H+dan NO3.
Pada semua mosentrasi dibawah 1 M disebut asamkuat (strong acid) HC2H3O2
, asam asetat, dan HNO2 , asam nitrit hanyaterionisasi sebagian menjadi H+ dan C2H3O2 dan menjadi H+ dan NO2- dalam kosentrasi yang berkisar antara encer tak terhingga sampai 1 M; dan zat demikian disebut asam lemah (weak acid).
Konsep Arrhenius tentang asam dan basa telah dimodifikasikandan diberi bentuk umum oleh Bronstede – Lawry dalam konsep Bronsted– lAwry. Protonlah yang menjadi unsur penting dalam membentuk asamdan basa.
Menurut konsep ini asam adalah zat yang dapat memberikanproton pada zat lain, dan zat lain ini mungkin adalah pelarut itu sendiri.Basa adalah zat yang mungkin saja pelarut yang dapat menerima protondari asam.Sedangkan menurut konsep Lewisn asam adalah struktur yang mempunyaiafinitas terhadap pasangan elektron yang diberikan oleh basa, dimana basadidefinisikan sebagai zat yang mempunyai pasangan elektron yang belummendapat pemilikan bersama.(Jerame L. Rosenberng Ph. D 1989)
Indikator asam-basa adalah asam lemah, yang asam tak bertanya (HLn)mempunyai warna yang berbeda [warna (1)] dengan warna anionnya[warna (2)]. Jika sedikit indicator dimasukkan dalam larutan. Larutanakan berubah warna menjadi warna (1) atau warna (2), tegantung padaapakah keseimbangan bergeser kearah bentuk asam atau anion. Arahpergeseran ketimbangan tergantung pada pH.
1) Identifikasi larutan dengan larutan indikator
Untuk mengidentifikasi sifat asam basa larutan, selain menggunakan kertas lakmus kita juga dapat menggunakan larutan yang berfungsi sebagai larutan indikator. Larutan indikator adalah larutan kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan tertentu. Karena sifatnya yang dapat berubah warna inilah, larutan indikator dapat digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan basa.

Identifikasi larutan di laboratorium dapat menggunakan empat jenis larutan indikator, yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya. Warna-warna yang terjadi pada larutan indikator jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein.

Larutan metil merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil merah juga akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metil merah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel warna larutan berikut ini.

Berbagai jenis Indikator


Indikator


Trayek pH

Perubahan warna
(dari pH rendah ke pH tinggi)

Metil hijau

0.2 - 1.8

Kuning - biru

Timol hijau

1.2 - 2.8

Kuning - biru

Metil jingga

3.2 - 4.4

Merah - kuning

Metil merah

4.0 - 5.8

Tidak berwarna - merah

Metil ungu

4.8 - 5.4

Ungu - hijau

Bromokresol ungu

5.2 - 6.8

Kuning - ungu

Bromotimol biru

6.0 - 7.6

Kuning - biru

Lakmus

4.7 - 8.3

Merah - biru

Kresol merah

7.0 - 8.8

Kuning - merah

Timol biru

8.0 - 9.6

Kuning - biru

2) Identifikasi larutan dengan kertas lakmus
Sifat asam atau basa suatu larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
  • kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna kertas tidak berubah (tetap biru)
  • kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak berubah (tetap merah) (Johari, J, M, C, dan Rachmawati, M, 2004:162).
3) Identifikasi larutan dengan bahan alami
Bahan-bahan yang dapat dijadikan untuk mengidentifikasi sifat keasaman atau kebasaan suatu zat dinamakan indikator. Bahan-bahan indikator biasanya akan berubah warna ketika berada pada larutan tertentu. Ada banyak bahan di sekitar kita yang dapat berfungsi sebagai indikator, misalnya kulit buah manggis. Kulit buah manggis yang berwarna ungu akan berubah menjadi cokelat kemerahan jika berada dalam lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, ekstrak kulit buah manggis akan berubah menjadi warna biru kehitaman. Ekstrak kembang sepatu yang berwarna merah jika ditambahkan ke larutan asam akan tetap merah. Jika ditambahkan ke larutan basa akan berubah warna menjadi kuning kehijauan (Sumarwan, dkk, 2007:67).

Bagaimanakah cara kerja indicator

Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalam air. 
Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.
Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang terjadi jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan ini.
Jika konsentrasi Hlit dan Lit-sebanding:
Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua warna akan menjadi sebanding. 
Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak terdapat alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 – hal itulah yang menjadi alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.
#Jingga metil (Methyl orange) : Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. 
Sekarang, anda mungkin berfikir bahwa ketika anda menambahkan asam, ion hidrogen akan ditangkap oleh yang bermuatan negatif oksigen. Itulah tempat yang jelas untuk memulainya. Tidak begitu!
Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-nitrogen.
Anda sebaiknya mencari sendiri kenapa terjadi perubahan warna ketika anda menambahkan asam atau basa. Penjelasannya identik dengan kasus lakmus – bedanya adalah warna.
Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 – mendekati netral. Ini akan diekplorasi dengan lebih lanjut pada bagian bawah halaman
Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat


Jumat, 22 Februari 2013

Teknis Budidaya Tanaman Kumis Kucing


1. SEJARAH SINGKAT 

Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yg tegak. Tanaman ini dikenal dgn berbagai istilah seperti: kidney tea plants / java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah & Jawa Timur) & songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia & Australia. Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura). 

2. URAIAN TANAMAN 

2.1 Klasifikasi 

o Divisi : Spermatophyta 

o Sub divisi : Angiospermae 

o Kelas : Dicotyledonae 

o Keluarga : Lamiaceae 

o Genus : Orthosiphon 

o Spesies : Orthosiphon spp. 

.2.2 Deskripsi 

Tanaman terna yg tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm & lebarnya 7.5mm – 1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yg jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat & pangkal berbulu pendek & jarang sedangkan di bagian yg paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dgn ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yg berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga & melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm. 

2.3 Jenis Tanaman 

Spesies kumis kucing yg terdapat di Pulau Jawa adalah O. aristatus, O. thymiflorus, O. petiolaris & O. tementosus var. glabratus. Klon kumis kucing yg ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih & ungu. 

3. MANFAAT TANAMAN 

Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia daun yg kering dipakai (simplisia) sebagai obat yg memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India utk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin & sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, & penyakit syphilis. 

4. SENTRA PENANAMAN 

Hingga saat ini, sentra penanaman kumis kucing banyak terdapat di Pulau Jawa. Baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. 

5. SYARAT PERTUMBUHAN 

1. Iklim. 

1. Curah hujan yg ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih dari 3.000 mm/tahun. 

2. Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun. 

3. Keadaan suhu udara yg baik utk pertumbuhan tanaman ini adalah panas sampai sedang. 

2. Media Tanam 

1. Tanaman ini dapat dgn mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, utk produksi sebaiknya dipilih tanah yg gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan organik dgn tata air & udara yg baik. 

2. Tanah Andosol & Latosol sangat baik utk budidaya kumis kucing. 

3. Ketinggian Tempat : Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl. 

6. PEDOMAN BUDIDAYA 

6.1. Pembibitan 

1. Penyiapan Bibit : Cara yg paling mudah & biasa utk mengembangkan kumis kucing adalah perbanyakan vegetatif dgn stek batang/cabang. Bahan tanaman diambil dari rumpun yg tumbuhnya normal, subur & sehat. 

1. Pilih batang/cabang yg tidak terlalu tua atau muda & sudah berkayu. 

2. Potong batang dgn pisau tajam/gunting pangkas yg bersih. 

3. Potong-potong batang menjadi stek berukuran 15–20 cm berbuku 2-3. 

4. Buang sebagian daun utk mengurangi penguapan air. 

o Adapun kebutuhan bibit utk 1 hektar dgn jarak tanam 40 x 40 cm diperlukan 50.000-62.500 stek/ha. 

Teknik Penyemaian Bibit : Stek dapat langsung ditanam di kebun produksi atau ditanam dulu di persemaian. Di dalam persemaian stek ditanam dgn jarak tanam 10x10 cm. Stek yg masih segar langsung ditanam di lahan yg telah diolah sedalam 20 cm. Setelah itu disirami 1-2 kali sehari tergantung dari cuaca & hujan yg turun. Bila perlu persemaian dinaungi dgn naungan plastik transparan atau jerami/daun kering. Setelah timbul tunas baru, bibit
dipindahkan ke kebun produksi.. 

6.2. Pengolahan Media Tanam 

1. Persiapan : Tanah diolah 30-40 cm, gulma & tanaman lain dibuang. Setelah diolah, tanah dibiarkan 15 hari. 

2. Pembentukan Bedengan : Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan tanah yg kedua yaitu dgn menghancurkan bongkahan tanah pada pengolahan tanah yg pertama hingga mendapatkan struktur tanah yg remah & gembur. Pada saat pengolahan tanah kedua ini juga dianjurkan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 50 – 60 ton per hektar bersamaan pada saat pembuatan bedengan. Bedengan dibuat selebar 100-120 cm tinggi 30 cm & jarak antar bedengan 40-50 cm. Panjang bedengan disesuaikan dgn keperluan & lahan 

3. Pemupukan (sebelum tanam) : Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dgn jarak tanam 40 x 60 cm. Masukkan pupuk kandang sebanyak 2,4-3,2 kg/lubang & tutup lubang tanah. Campur tanah bedengan dgn 15-20 kg/ha pupuk kandang sapi. 

6.3. Teknik Penanaman 

1. Penentuan Pola Tanaman : Waktu tanam terbaik adalah di awal musim hujan (Oktober-Desember) kecuali jika air tersedia sepanjang tahun, waktu tanam bisa dilaksanakan kapan saja. 

2. Pembuatan Lubang Tanam : Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dgn jarak tanam 40 x 40 cm 

3. Cara Penanaman : 

1. Pilih bibit yg baik dari pembibitan. 

2. Buat lubang kecil di tempat lubang tanam. 

3. Tanamkan bibit/stek tegak lurus sedalam 5 cm atau 1/3 bagian dari pangkal batang stek. Setiap lubang diisi 4-6 bibit/stek. 

4. Padatkan tanah di sekitar bibit. 

5. Sirami sampai cukup basah. 

4. Perioda Tanam : Penanaman tanaman ini bias dilakukan sepanjang tahun yaitu dgn membongkar tanaman tua yg telah mengeras berkayu & tidak produktif lagi atau daunnya jarang & kecil-kecil, kemudian menanam ulang dgn tanaman baru yg masih muda. 

6.4. Pemeliharaan Tanaman 

1. Penyulaman : Dilakukan antara 1-15 hari setelah tanam utk tetap menjaga pertanaman pada jarak tanam yg telah ditentukan (40 x 40cm). Penyulaman dilakukan terutama pada tanaman yg mati atau tumbuh tidak normal dgn tanaman baru yg umurnya tidak berbeda jauh, sehingga pertumbuhan selanjutnya akan tetap sama & seragam. 

2. Penyiangan : Gulma disiangi secara kontinyu utk mengurangi persaingan unsur hara. Penyiangan biasanya dilakukan agak sering saat tanaman masih muda sehingga lahan di atara tanaman masih terbuka karena kanopi tanaman belum tumbuh besar. Tetapi pada tanaman dewasa periode penyiangan sudah agak jarang karena kanopi pada masing-masing tanaman akan saling menutup permukaan tanah, sehingga akan menekan pertumbuhan gulma di bawahnya. 

3. Pemupukan : 

1. Pemupukan Organik : Pemupukan secara organic dgn menggunakan pupuk kompos yg merupakan pupuk organic komplek dapat diberikan sbb: Sebagai pupuk dasar telah diuraikan di atas yg diberikan pada saat penyiapan media tanam. Selanjutnya pupuk kompos organic dapat diberikan setiap bulan sekali sebanyak 1 – 2kg setiap tanaman. Pemupukan pada tanaman dewasa bisa lebih sering yaitu setiap 2 – 3 minggu sekali sebesar 1.5 – 3kg per tanaman & terutama diberikan setelah dilakukan pemanenan/perompesan daun sehingga pertumbuhan selanjutnya akan lebih baik. 

2. Pemupukan Konvensional : Dosis pupuk anjuran adalah 75 kg/ha urea yg diberikan setiap 3 kali panen atau 6-9 minggu sekali. Pupuk disebar di dalam larikan dangkal antara baris tanaman & segera ditutup tanah. 

4. Pengairan & Penyiraman : Pada awal pertumbuhan, tanaman diairi/disiram 1-2 kali sehari. Setelah tanaman terlihat kokoh & rimbun, penyiraman dikurangi. Frekuensi penyiraman selanjutnya tergantung cuaca, yg penting tanah tidak sampai kering. Penambahan air dapat dilakukan dgn cara disiram atau menggenangi saluran di antara bedengan dgn air. 

5. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.. 

7. HAMA & PENYAKIT 

1. Hama : Selama ini tidak ada hama atau penyakit yg benar-benar merusak tanaman kumis kucing. Hama yg sering ditemukan adalah kutu daun & ulat daun. 

2. Penyakit : Penyakit yg menyerang disebabkan oleh jamur upas (Upsia salmonicolor atau Corticium salmonicolor). Jamur ini menyerang batang atau cabang tanaman yg berkayu. Pengendalian dilakukan dgn perbaikan tata air, meningkatkan kebersihan kebun, memotong bagian yg sakit, pergiliran tanaman & penyemprotan pestisida selektif. 

3. Gulma : Gulma yg banyak tumbuh di lahan pertanaman kumis kucing cukup bervariasi & kebanyakan dari jenis gulma kebun seperti rumput teki, lulangan, ageratum, alang-alang, & rumput-rumput lainnya 

4. Pengendalian hama/penyakit secara organic : Sama seperti pada tanaman obat lainnya bahwa pengendalian hama/penyakit secara organic pada pertanaman kumis kucing lebih diusahakan secara PHT (pengendalian hama secara terpadu). Termasuk di dalamnya system bercocok tanam secara tumpang sari akan dapat menghambat serangan hama/penyakit. utk pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara manual dgn cara penyiangan seperti telah dijelaskan di atas. Namun demikian apabila diperlukan dapat diterapkan penyemprotan dgn insektisida maupun pestisida nabati. Beberapa tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati & digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah: 

1. Tembakau (Nicotiana tabacum ) yg mengandung nikotin utk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi utk serangga kecil misalnya Aphids. 

2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yg mengandung piretrin yg dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yg menyerang urat syaraf pusat yg aplikasinya dgn semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah. 

3. Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yg mengandung rotenone utk insektisida kontak yg diformulasikan dalam bentuk hembusan & semprotan. 

4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yg mengandung azadirachtin yg bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti.hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro. 

5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yg dapat digunakan sebagai insektisida & larvasida. 

6. Jeringau (Acorus calamus) yg rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun serangga & pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus. 

8. PANEN 

1. Ciri & Umur Panen : Tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, tangkai bunga belum muncul & tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panen pertama jangan sampai terlambat karena akan mempengaruhi produksi. 

2. Cara Panen : Daun dipanen dgn cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian merempal daun-daun tua di bawahnya sampai helai ke 10. 

3. Periode Panen : Panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan optimum dari daun. Saat panen yg tepat adalah pada saat awal pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yg dimanfaatkan adalah daunnya maka bunga yg tumbuh sebaiknya dirompes utk dapat memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya. 

4. Perkiraan Hasil Panen : Tanaman yg sehat & terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak dgn pemeliharaan yg intensif, akan dihasilkan daun basah 6-9 ton/ha yg setara dgn 1-2 ton/ha daun kering. 

9. PASCAPANEN 

Setelah pemetikan, daun-daun hasil panen dikumpulkan di dalam karung & dibawa ke tempat pengumpulan hasil. Proses pasca panen utk mendapatkan daun kering kualitas ekspor adalah sbb: 

1. Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dgn cara memisahkan daun dari kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik utk pencucian..Pencucian dilakukan dgn air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama agar kualitas & senyawa aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran & banyak mengandung bakteri / penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yg belubang-lubang agar sisa air cucian yg tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember. 

2. Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dgn 2 cara, yaitu dgn sinar matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan daun dilakukan selama kira-kira 1 - 2 hari atau setelah kadar airnya dibawah 5%. Pengeringan dgn sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama pengeringan daun harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi daun tersebut dari air, udara yg lembab & dari bahan-bahan yg bisa mengkontaminasi. Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu 50°C - 60°C. Daun yg akan dikeringkan ditaruh diatas tray oven & alasi dgn kertas Koran & pastikan bahwa daun tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah daun yg dihasilkan. 

3. Penyortiran Kering : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yg telah mengalami pengeringan dgn memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya). 

4. Pengemasan : Setelah bersih, daun yg kering dikumpulkan dalam wadah yg bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yg jelas pada wadah tersebut, yg menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya. 

Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak melebihi 30°C, & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yg menurunkan kualitas bahan yg bersangkutan, memiliki penerangan yg cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang.

Teknis Budidaya Tanaman Mangga


1. SEJARAH SINGKAT 

Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yg berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia & Indonesia. 

2. JENIS TANAMAN 

Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut: 

o Divisi : Spermatophyta 

o Sub divisi : Angiospermae 

o Kelas : Dicotyledonae 

o Keluarga : Anarcadiaceae 

o Genus : Mangifera 

o Spesies : Mangifera spp. 

Jenis yg banyak ditanam di Indonesia Mangifera indica L. yaitu mangga arumanis, golek, gedong, manalagi & cengkir & Mangifera foetida yaitu kemang & kweni. 

3. MANFAAT TANAMAN 

Buah mangga yg matang merupakan buah meja yg banyak digemari. Mangga yg muda dapat diawetkan dengan kadar gula tinggi menjadi manisan baik dalam bentuk basah atau kering. 

4. SENTRA PENANAMAN 

Pusat penanaman mangga di Pulau Jawa adalah Probolinggo, Indramayu, Cirebon. Tahun 1994 jumlah tanaman yg menghasilkan adalah 8.901.309 tanaman dengan produksi 668.048 ton. 


5. SYARAT TUMBUH 

5.1. Iklim 

Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering selama 3 bulan. Masa kering diperlukan sebelum & sewaktu berbunga. Jika ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama & penyakit serta gugur bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan. 

5.2. Media Tanam 

1. Tanah yg baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir & lempung dalam jumlah yg seimbang. 

2. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yg cocok adalah 5.5-7.5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit. 

5.3. Tempat Ketinggian 

Mangga yg ditanam didataran rendah & menengah dengan ketinggian 0-500 m dpl menghasilkan buah yg lebih bermutu & jumlahnya lebih banyak dari pada di dataran tinggi. 


6. PEDOMAN BUDIDAYA 

6.1. Pembibitan 

1) Perbanyakan dengan Biji 

1. Biji dipilih dari tanaman yg sehat, kuat & buahnya berkualitas. Biji dikeringanginkan & kulitnya dibuang. 

2. Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm 3 dengan media tanah kebun & pupuk kandang (1:1), biji ditanam pada jarak 10-20 cm. Dapat pula mangga disemai dikebun dengan jarak tanam 30 x 40 atau 40 x 40 cm di atas tanah yg gembur. Persemaian diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman, tetapi jangan sampai udara di dalam persemaian menjadi terlalu lembab. Biji ditanam dengan perut ke arah bawah supaya akar tidak bengkok. Selama penyemaian, bibit tidak boleh kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan berkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1 anakan, sisakan hanya satu yg benar-benar kuat & baik. Bibit di kotak persemaian harus dipindahtanamkan ke dalam polybag jika tingginya sudah mencapai 25-30 cm. Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 bulan, bibit yg lemah & tumbuh abnormal dibuang. Pindahtanam ke kebun dilakukan jika bibit telah berumur 6 bulan. 

2) Okulasi 

Perbanyakan terbaik adalah dengan okulasi (penempelan tunas dari batang atas yg buahnya berkualitas ke batang bawah yg struktur akar & tanamannya kuat). Batang bawah untuk okulasi adalam bibit di persemaian yg sudah berumur 9-12 bulan. Setelah penempelan, stump (tanaman hasil okulasi) dipindahkan ke kebun pada umur 1,5 tahun. Okulasi dilakukan di musim kemarau agar bagian yg ditempel tidak busuk. 

3) Pencangkokan 

Batang yg akan dicangkok memiliki diameter 2,5 cm & berasal dari tanaman berumur 1 tahun. Panjang sayatan cangkok adalah 5 cm. Setelah sayatan diberi tanah & pupuk kandang (1:1), lalu dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa. 

6.2. Pengolahan Media Tanam 

1. Persiapan : Penetapan areal untuk perkebunan mangga harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi & sumber air. 

2. Pembukaan Lahan 

o Membongkar tanaman yg tidak diperlukan & mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar & perdu dari areal tanam. 

o Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yg terlalu besar. 

3. Pengaturan Jarak Tanam : Pada tanah yg kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah subur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m & diatur dengan cara: 

1. segi tiga sama kaki. 

2. diagonal. 

3. bujur sangkar (segi empat). 

6.3. Teknik Penanaman 

1) Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat dengan panjang, lebar & kedalaman 100 cm. Pada waktu penggalian, galian tanah sampai kedalaman 50 cm dipisahkan dengan galian dari kedalaman 50-100 cm. Tanah galian bagian dalam dicampur dengan pupuk kandang lalu dikeringanginkan beberapa hari. Masukkan tanah galian bagian atas, diikuti tanah galian bagian bawah. Pembuatan lubang tanam dilakukan pada musim kemarau. 

2) Cara Penanaman 

Lubang tanam yg telah ditimbun digali kembali dengan ukuran panjang & lebar 60 cm pada kedalaman 30 cm, taburi lubang dengan furadan 10-25 gram. Polibag bibit digunting sampai ke bawah, masukkan bibit beserta tanahnya & masukkan kembali tanah galian sampai membentuk guludan. Tekan tanah di sekitar batang & pasang kayu penyangga tanaman. 

3) Penanaman Pohon Pelindung 

Pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan angin yg kuat. Jenis yg biasa dipakai adalah pohon asam atau trembesi. 

6.4. Pemeliharaan Tanaman 

1) Penyiangan 

Penyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yg telah dicabut dapat dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga biasa dilakukan pada waktu penggemburan & pemupukan. 

2) Penggemburan/Pembubunan 

Tanah yg padat & tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam. 

3) Perempelan/Pemangkasan 

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk kanopi yg baik & meningkatkan produksi. Ketika tanaman telah mulai bertunas perlu dilakukan pemangkasan tunas agar dalam satu cabang hanya terdapat 3–4 tunas saja. Tunas yg dipilih jangan terletak sama tinggi & berada pada sisi yg berbeda. Tunas dipelihara selama kurang lebih 1 tahun saat tunas-tunas baru tumbuh kembali. Pada saat ini dilakukan pemangkasan kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas. Pemangkasan ketiga, 1 tahun kemudian, dilakukan dengan cara yg sama dengan pemangkasan ke-2. 

4) Pemupukan 

a) Pupuk organik 

1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang. 

2. Umur tanaman 2,5–8 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu. 

3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50 kg pupuk kandang, 15 kg abu. 

4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15 kg abu. 

Pupuk kandang yg dipakai adalah pupuk yg sudah tercampur dengan tanah. Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam setengah mata cangkul (5 cm). 

b) Pupuk anorganik 

1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman. 

2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman. 

3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080 gram/tanaman. 

4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970 gram/tanaman, KCl 970 gram/tanaman. 

5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940 gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman. 

5) Peningkatan Kuantitas Buah 

Dari sejumlah besar bunga yg muncul hanya 0,3% yg dapat menjadi buah yg dapat dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkan polinator maru atau menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppm hormon giberelin. Dengan cara ini, persentase pembentukan buah yg dapat dipanen dapat ditingkatkan menjadi 1,3%. 


7. HAMA & PENYAKIT 

7.1. Hama 

1. Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis) 

o Menyerang buah & masuk ke dalamnya. 

o Pengendalian: dengan semut merah yg menyebabkan kepik tidak bertelur. 

2. Bubuk buah mangga 

o Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila dibelah terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini. 

o Pengendalian: memusnahkan buah mangga yg jatuh akibat hama ini, menggunakan pupuk kandang halus, mencangkul tanah di sekitar batang pohon & menyemprotkan insektisida ke tanah yg telah dicangkul. 

3. Bisul daun(Procontarinia matteiana.) 

o Gejala: daun menjadi berbisul & daun menjadi berwarna coklat, hijau & kemerahan. 

o Pengendalian: penyemprotan buah & daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yg terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong & memperbaiki aerasi. 

4. Lalat buah 

o Gejala: buah busuk, jatuh & menurunkan produktivitas. 

o Pengendalian: dengan memusnahkan buah yg rusak, memberi umpan berupa larutan sabun atau metil eugenol di dalam wadah & insektisida. 

5. Wereng ( Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni) 

o Jenis wereng ini berbeda dengan yg menyerang padi. Wereng ini menyerang daun, rangkaian bunga & ranting sambil mengeluarkan cairan manis sehingga mengundang semut api untuk memakan tunas atau kuncup. Cairan yg membeku menimbulkan jamur kerak hitam. 

o Pengendalian dengan insektisida Diazinon & pengasapan seminggu empat kali. 

6. Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus) 

o Tungau pertama menyerang daun mangga yg masih muda sedangkan yg kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerang rangkaian bunga. 

o Pengendalian dengan menyemprotkan tepung belerang, insektisida Diazinon atau Basudin. 

7. Codot 

o Memakan buah mangga di malam hari. 

o Pengendalian: dengan membiarkan semut kerangkeng hidup di sela daun mangga, memasang kitiran angin berpeluit & melindungi pohon dengan jaring. 

7.2. Penyakit 

1. 1) Penyakit mangga 

o Penyebab: jamur Gloeosporium mangifera. Jamur ini menyebabkan bunga menjadi layu, buah busuk, daun berbintik-bintik hitam & menggulung. 

o Pengendalian: fungisida Bubur Bordeaux. 

2. 2) Penyakit diplodia 

o Penyebab: jamur Diplodia sp. Tumbuh di luka tanaman muda hasil okulasi. 

o Pengendalian: dengan bubur bordeaux. Luka diolesi/ditutup parafin-carbolineum. 

3. 3) Cendawan jelaga 

o Penyebab: virus Meliola mangifera atau jamur Capmodium mangiferum. Daun mangga yg diserang berwarna hitam seperti beledu. Warna hitam disebabkan oleh jamur yg hidup di cairan manis. 

o Pengendalian: dengan memberantas serangga yg menghasilkan cairan manis dengan insektisida atau tepung belerang. 

4. 4) Bercak karat merah 

o Penyebab: jamur Colletotrichum gloeosporiodes. Menyerang daun, ranting, bunga & tunas sehingga terbentuk bercak yg berwarna merah. Penyakit ini sangat mempengaruhi proses pembuahan. 

o Pengendalian: pemangkasan dahan, cabang, ranting, menyemprotkan fungisida bubuk bordeaux atau sulfat tembaga. 

5. 5) Kudis buah 

o Menyerang tangkai bunga, bunga, ranting & daun. 

o Gejala: adanya bercak kuning yg akan berubah menjadi abu-abu. Pembuahan tidak terjadi, bunga berjatuhan. 

o Pengendalian: fungisida Dithane M-45, Manzate atau Pigone tiga kali seminggu & memangkas tangkai bunga yg terserang. 

6. 6) Penyakit Blendok 

o Penyebab: jamur Diplodia recifensis yg hidup di dalam lubang yg dibuat oleh kumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan getah yg akan berubah warna menjadi coklat atau hitam. 

o Pengendalian: memotong bagian yg sakit, lubang ditutupi dengan kapas yg telah dicelupkan ke dalam insektisida & menyemprot pohon dengan bubur bordeaux. 

7.3. Gulma 

Benalu memberikan kerusakan dalam waktu pendek karena menyebabkan makanan tidak diserap tanaman secara sempurna. Pengendalian dengan memotong cabang yg terserang, menebang tanaman yg diserang benalu dengan berat. 


8. PANEN 

8.1. Ciri & Umur Panen 

Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur 5-6 tahun. Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10 jumlah buah dapat mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di bulan September-Oktober. Tanda buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yg jatuh karena matang sedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua kebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah yg dipetik harus masih keras. 

8.2. Cara Panen 

Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai memar. Buah dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan galah yg diujungnya terdapat pisau & keranjang penampung buah. 

8.3. Periode Panen 

Di Indonesia pohon mangga berbunga satu tahun sekali sehingga panen dilakukan satu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan masak bersamaan sehingga dilakukan beberapa kali panen. 

8.4. Perkiraan Produksi 

Pohon muda okulasi menghasilkan 50-100 buah/tahun, meningkat sampai 300-500 buah pada umur 10 tahun, 1.000 buah pada umur 15 tahun & 2.000 buah pada waktu produksi maksimum di umur 20 tahun. 


9. PASCAPANEN 

9.1. Pengumpulan 

Buah hasil panen dikumpulkan di tempat yg teduh. 

9.2. Penyortiran & Penggolongan 

Mangga yg rusak dipisahkan dengan mangga yg mulus. Setelah sortasi buah mangga dilap untuk menghilangkan getah yg dapat menurunkan mutu terutama jika buah akan dipasarkan ke pasar swalayan atau luar negeri. Buah yg akan dipasarkan di dalam negeri dapat diperam untuk mempercepat pemasakan. Sortasi didasarkan berat buah atau ukuran buah. Kelas berdasarkan berat buah antara lain: 

1. Kelas I: > 320 gram/buah 

2. Kelas II: 270 - 320 gram/buah 

3. Kelas III: 200 - 270 gram/buah 

Sedangkan berdasarkan ukuran buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 

1. Klasifikasi Besar: arum manis > 17,5 cm, golek > 20 cm 

2. Klasifikasi Sedang: arum manis 15 - 17,5 cm, golek 17,5 - 20 cm 

3. Klasifikasi Kecil: arum manis < 15 cm, golek < 17,5 cm 

9.3. Penyimpanan 

Buah mangga yg telah dipetik disimpan ditempat yg kering, teduh & sejuk.